news

6 DAMPAK PUNYA BERAT BADAN KURUS DAN TIPS MENGATASINYA

r3actnutrition.com - Kegemukan atau obesitas bukanlah satu-satunya masalah gizi yang ada, melainkan berat badan kurus atau underweight pun telah menjadi perhatian para pakar kesehatan, terutama ahli gizi. 

Pasalnya, orang yang kurus rentan mengalami masalah kesehatan seperti malnutrisi, anemia, osteoporosis, kekebalan tubuh menurun, dan masih banyak lagi. 

Artikel ini merincikan secara lengkap apa saja akibat jika kamu memiliki berat badan kurus atau underweight.

6 Akibat jika memiliki berat badan kurus

Kamu dikatakan memiliki berat badan kurus atau underweight apabila nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) kamu kurang dari 18,5 kg/m2

Namun, perlu dicatat bahwa pengukuran status gizi dengan IMT ini terbatas pada:

  • Atlet, karena memiliki otot yang lebih berat daripada lemak. IMT bisa saja “melebih-lebihkan” lemak tubuh pada kriteria seperti ini.
  • Orang dewasa yang lebih tua atau lansia, karena mungkin sudah kehilangan otot. IMT bisa saja “meremehkan” lemak tubuh pada kriteria seperti ini.


Beberapa masalah yang dapat terjadi jika berat badan kamu kurus atau underweight adalah:

1. Malnutrisi

Masalah kesehatan utama yang terjadi jika berat badan kurus adalah malnutrisi. 

Kamu mungkin tidak cukup mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang sebagai bahan bakar tubuh, sehingga menyebabkan malnutrisi (kekurangan zat gizi). 

Seiring berjalannya waktu, malnutrisi dapat memengaruhi kesehatan kamu dengan berbagai cara, termasuk anemia dan defisiensi vitamin atau mineral. Gejalanya mungkin termasuk:

  • Mudah lelah.
  • Sering sakit.
  • Siklus menstruasi tidak teratur.
  • Rambut rontok, kulit kering, atau masalah gigi.


2. Sistem kekebalan menurun


Sebuah studi baru-baru ini menemukan hubungan antara peningkatan infeksi dan kekurangan berat badan. 

Sayangnya, para peneliti kesulitan dalam menentukan apakah peningkatan infeksi ini terjadi akibat kekurangan berat badan atau lebih berkaitan dengan penyebab yang mendasari kekurangan berat badan.

Misalnya, kekurangan gizi dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh dan juga menyebabkan orang menjadi kurus.

Oleh sebab itu, diperlukan lebih banyak penelitian lagi untuk memahami sepenuhnya hubungan antara berat badan dan fungsi kekebalan.

3. Osteoporosis

Berat badan kurus juga dapat meningkatkan risiko penurunan kepadatan mineral tulang atau osteoporosis. 

Lim dan Park (2016) mengamati kasus ini pada 1.767 wanita pra-menopause dan menemukan bahwa sebanyak 24% wanita dengan IMT 18,5 kg/m2 atau kurang memiliki kepadatan tulang yang rendah.

Hanya sekitar 9,4% subjek dengan IMT lebih tinggi dari 18,5 kg/myang memiliki kepadatan mineral tulang rendah. 

Hasil ini menunjukkan bahwa berstatus gizi underweight dapat meningkatkan risiko osteoporosis.

4. Meningkatkan risiko komplikasi bedah

Studi membuktikan bahwa orang yang berat badannya kurang dan menjalani operasi penggantian lutut total berisiko tinggi mengalami infeksi setelah operasi daripada orang yang tidak kurus. 

Meskipun studi ini tidak dapat menentukan alasannya, para peneliti yakin bahwa orang dengan berat badan kurus tidak dapat menyembuhkan luka sebaik orang yang berat badannya normal. 

5. Infertilitas

Wanita dengan IMT rendah berisiko tinggi mengalami amenore (tidak mengalami menstruasi) dan gangguan siklus menstruasi lainnya. 

Siklus menstruasi yang tidak teratur bisa menjadi indikator anovulasi, yaitu tidak keluarnya sel telur (ovum) dari indung telur (ovarium). Nah, anovulasi kronis dapat menyebabkan infertilitas atau kemandulan.

Menjadi kurus saat hamil juga dapat berisiko bagi kesehatan bayi, seperti stunting.

Oleh sebab itu, jika kamu sedang atau akan menjalani program kehamilan, sangat disarankan untuk menambah berat badan mencapai normal (IMT 18,5 – 25 kg/m2). 

6. Gangguan perkembangan

Gangguan perkembangan dapat terjadi pada anak yang kurus, terutama berusia kurang dari 3 tahun ketika otak berkembang pesat. 

Otak membutuhkan zat gizi untuk berkembang dengan baik. Anak-anak dengan berat badan kurang rentan kehilangan zat gizi penting karena mengalami malnutrisi dan malabsorpsi. 

Pada akhirnya, ini berdampak pada perkembangan otak dan menyebabkan keterlambatan perkembangan secara keseluruhan.

Tips mengatasi badan kurus


Jika kamu memiliki berat badan kurus, menemui dokter atau ahli gizi adalah hal yang sangat baik. Mereka dapat membantu memeriksa riwayat kesehatan dan mengidentifikasi masalah apa pun yang dapat menyebabkan gizi buruk atau penurunan berat badan. 

Kamu pun dapat mencapai IMT normal melalui perubahan pola makan dan gaya hidup sehat. 

Beberapa tips mengatasi badan kurus ini juga dapat kamu lakukan, seperti:

  • Makan dengan porsi kecil dan sering. 
  • Pilih makanan kaya nutrisi, seperti biji-bijian, buah-buahan, sayuran, produk susu, kacang-kacangan, dan protein tanpa lemak.
  • Perhatikan apa yang kamu minum. Smoothie adalah pilihan yang lebih baik daripada soda, kopi, dan minuman lainnya, karena terbuat dari buah-buahan, sayuran, dan susu.
  • Tambahkan lebih banyak kalori dalam makanan, seperti dengan menambahkan keju, kacang-kacangan, biji-bijian, dan susu penambah berat badan.
  • Rajin olahraga, karena dapat menambah berat badan dengan cara meningkatkan massa otot dan nafsu makan.


Baca Juga:

4 Cara Menambah Berat Badan Menurut Ahli Gizi
3 Suplemen Terbaik untuk Menggemukkan Badan
Orang Kurus Minum Mass Gainer, Kenapa Tidak?


Referensi:

  • Almatsier (2013). Penuntun Diet Edisi Baru.
  • Dobner J, Kaser S. 2018. Body mass index and the risk of infection - from underweight to obesity. Clin Microbiol Infect. 24 (1): 24-28.
  • Jorge et al. 2017. Surgical site infection and transfusion rates are higher in underweight total knee arthroplasty patients. Arthroplasty Today. 3 (1): 57-60.
  • Lim J, Park HS. 2016. Relationship between underweight, bone mineral density and skeletal muscle index in premenopausal Korean women. Int J Clin Pract. 70 (6): 462-8.
  • Mori et al. 2016. Differential dietary habits among 570 young underweight Japanese women with and without a desire for thinness: a comparison with normal weight counterparts. Asia Pac J Clin Nutr. 25 (1): 97-107.