
ALERGI WHEY PROTEIN, APA YANG HARUS DILAKUKAN?
- Nutrisi
- 25 October 2022
r3actnutrition.com - Untuk kamu yang sedang berusaha menurunkan berat badan sambil mempertahankan massa otot – memastikan bahwa yang hilang dalam tubuh adalah lemak, bukan otot – tentunya, whey protein masuk dalam daftar menu diet sehat kamu.
Sayangnya, bagi kamu yang memiliki alergi susu sapi, besar kemungkinan kamu juga akan mengalami reaksi alergi ketika mengonsumsi whey protein. Pasalnya, suplemen tambahan untuk otot ini terbuat dari susu sapi.
Seperti apa tanda-tanda kamu memiliki alergi whey protein? Apa pula alternatif yang lebih baiknya? Temukan jawaban dari semua pertanyaan kamu dalam artikel ini!
Apa itu protein whey?
Protein whey adalah bahan yang umum digunakan dalam beberapa makanan kemasan, terutama untuk kinerja olahraga, energi, meal replacement, dan kesehatan secara keseluruhan.
Kamu mungkin pernah melihatnya dalam bentuk suplemen, shake, dan protein bar.
Protein whey adalah produk sampingan dari proses pembuatan keju dari susu sapi perah. Secara khusus, whey adalah bagian cair dari susu murni yang diproduksi setelah padatannya dihilangkan.
Karena asalnya dari susu, banyak orang yang tidak bisa mengonsumsi whey protein, baik itu karena intoleransi laktosa ataupun alergi susu sapi.
Intoleransi laktosa vs alergi
Perlu diingat bahwa alergi protein whey tidak sama dengan intoleransi laktosa.
Intoleransi laktosa adalah kondisi di mana tubuh tidak bisa memecah laktosa, gula utama dalam susu sapi. Ini terjadi akibat tubuh kekurangan laktase, yaitu enzim untuk memecah laktosa menjadi gula sederhana (glukosa), agar lebih mudah dicerna.
Ketika di dalam tubuh tidak ada laktase lagi, laktosa dalam susu sapi pun tidak bisa dicerna dengan baik, sehingga menimbulkan sejumlah gejala, seperti:
- Diare.
- Mual.
- Sakit perut.
- Kembung.
Jika kamu tidak toleran terhadap laktosa, kamu mungkin masih mengalami masalah dengan bubuk whey protein, yang sebagian besar dipengaruhi oleh seberapa sensitif tubuh kamu terhadap whey yang masih mengandung beberapa laktosa.
Sementara itu, alergi adalah respons imun, yang terjadi ketika sistem kekebalan kamu bereaksi secara berlebihan terhadap zat umum, seperti susu.
Hal inilah yang kemudian menyebabkan reaksi fisik yang terjadi saat kamu terpapar dengan alergen (zat pemicu reaksi alergi).
Reaksi alergi setiap orang juga bisa berbeda-beda, misalnya ada yang menyebabkan kulit gatal-gatal, kemerahan, serta pembengkakan di wajah dan bibir.
Bahkan, pada kasus yang lebih parah, seseorang bisa kesulitan bernapas dan berpotensi mengalami syok anafilaktik, yang dapat mengancam jiwa dan perlu pertolongan medis segera.
Seperti apa alergi protein whey itu?
Kalau kamu alergi terhadap susu sapi, kamu mungkin alergi juga terhadap whey atau kasein. Bahkan, beberapa orang bisa alergi keduanya.
Menjadi alergi terhadap whey berarti tubuh kamu tidak bisa mengenali protein dan sistem kekebalan kamu menganggapnya sebagai penyerbu yang berbahaya.
Alhasil, sistem kekebalan kamu masuk ke mode serangan, melawan apa yang dianggapnya berbahaya.
Sayangnya, jika ternyata kamu alergi kasein, kamu tetap harus menghindari produk protein whey. Ini karena tidak ada jaminan bahwa bubuk protein whey kamu tidak mengandung kasein yang dapat memicu reaksi alergi.
Plus, bisa sangat sulit untuk membuat produk yang mengandung satu bahan saja tanpa ada jejak dari yang lain, mengingat asal keduanya yang sama.
Reaksi alergi whey protein
Tanda dan gejala alergi protein whey bisa segera dimulai saat kamu bersentuhan dengannya – tergantung seberapa sensitifnya kamu.
Jika kamu sangat sensitif dengan protein susu, segera setelah kamu membuka wadah bubuk whey, kamu bisa saja mengalami ruam atau gatal-gatal. Kulit kamu memerah dan teriritasi, dan membuat kamu ingin terus menggaruknya.
Namun, kamu mungkin tidak mengalami sensitivitas di tangan dan lengan. Ketika kamu menelan whey, kulit di sekitar mulut kamu bisa teriritasi, bibir serta lidah kamu pun bisa membengkak.
Selanjutnya, mata kamu mungkin akan mulai berair, bahkan menjadi merah, disusul dengan bersin dan batuk.
Begitu protein melewati usus, kamu mungkin mengalami sakit perut dan mual. Dalam beberapa kasus, seseorang juga bisa muntah dan diare.
Kalau kamu mulai mengi dan sesak napas, besar kemungkinan kamu akan mengalami syok anafilaktik, yaitu kondisi yang mengancam jiwa, dan kamu membutuhkan suntikan epinefrin serta perawatan medis darurat.
Whey protein mana yang lebih baik?
Dengan begitu banyak produk whey di pasaran, mungkin sulit untuk mengetahui mana yang paling mungkin menyebabkan gejala alergi atau paling menjengkelkan bagi kamu dengan intoleransi laktosa.
Ada 3 jenis utama protein whey, yang dibedakan berdasarkan cara pemrosesannya:
- Konsentrat protein whey: umumnya mengandung sekitar 70-80% protein. Dari ketiga jenis whey, ini yang paling banyak menyimpan mineral, lemak, dan laktosa dari susu.
- Isolat protein whey: umumnya mengandung sekitar 90% protein, serta lebih sedikit laktosa, lemak, dan nutrisi dari susu.
- Hidrolisat protein whey: bentuk protein yang lebih cepat diserap, karena sudah dicerna dan dipecah sebelumnya.
Selain karakteristik di atas, konsentrat protein whey memiliki proporsi yang lebih rendah untuk menimbulkan sejumlah reaksi, tetapi ini juga dapat memiliki kandungan laktosa yang lebih tinggi daripada jenis whey lainnya.
Artinya, jika kamu menderita intoleransi laktosa parah, mungkin saja kamu mengalami sejumlah gejala saat mengonsumsi protein whey konsentrat, tergantung pada jumlah laktosa yang ada dalam konsentrat dan ukuran porsi.
Jadi, mungkin akan lebih baik jika kamu mengurangi ukuran porsi kamu atau beralih ke isolat protein whey.
Bentuk whey ini mengandung lebih sedikit laktosa, yang mungkin lebih ramah untuk kamu yang memiliki intoleransi laktosa tanpa mengalami reaksi alergi atau efek samping yang mengganggu.
Namun ingat, selalu perhatikan bagaimana tubuh kamu bereaksi setiap kali mengonsumsi produk susu atau protein whey, untuk melihat sejauh mana kamu belajar menoleransi gejala alergi whey protein.
Alternatif yang lebih aman
Jika kamu memiliki alergi terhadap protein yang ditemukan dalam susu sapi, kamu disarankan untuk menggunakan bubuk protein yang dihasilkan dari sumber selain produk susu, seperti kedelai, kacang polong, telur, beras, atau rami.
Selalu konsultasikan dengan dokter kamu jika kamu tidak yakin apakah gejala yang kamu alami adalah akibat dari reaksi alergi atau intoleransi laktosa.
Baca Juga:
Mengenal Jenis Protein dalam Susu R3ACT
Apakah Whey Protein Menyebabkan Jerawat?
Yuk Intip, Begini Proses Pembuatan Whey Protein!
Referensi:
- Arad Branding. Allergy to whey powder + whey powder acne.
- Designer Physique. 4 Signs You’re Allergic To Your Whey Protein Powder.
- Healthline (2022). Does Too Much Whey Protein Cause Side Effects?
- Livestrong (2018). How to Tell if You're Allergic to Whey Protein Powder.
- Well Wisdom. Whey Protein Allergy Overview & Alternatives.